Seharian ini diharuskan untuk menapaki jalanan berliku dan bergelombang untuk menuju daerah asal tercinta demi sepucuk surat untuk motorku,STNK dan plat nomor baru. 2 jam perjalanan pergi dan 2 jam perjalanan pulang dilalui.
Saat pertama berangkat pada pertigaan sebelum masuk ke suatu jalan tidak ada penanda bahwa ada perbaikan jalan. Namun, ketika sampai 100 meter dari belokan perbaikan jalan luar biasa. Antrean mobil dan motor luar biasa panjang karena jalan hanya bisa dipakai 1 sisi. Selesai dari perjalanan ini menemui jalanan yang penuh lubang di sana - sini malah sampai tidak terlihat adanya yang halus.
Ketika sampai di perbatasan wilayah sungguh tampak jelas perbedaaannya. Sebelum motor bergelombang, setelah motor jalan nan halus lagi baru. Perbedaan adminitratif mengakibatkan perbedaan kelas dan status jalan juga. Padahal dari segi kelas jalan sama - sama jalan Kabupaten.
Melihat perbedaan ini, sungguh mengenaskan untuk dipikirkan. Terbayang saat pergi ke Kota besar yang kemana mata memandang di sanalah terhampar jalanan aspal nan halus. Namun, di daerah pinggiran jalanan penuh hiasan lubang dan butiran pasir beterbangan.
Dalan hati menjadi bertanya, bagaimanakah sistem managemen infrastruktur yang ada di Indonesia? Seluruh Infrastruktur dikelola oleh Dinas Pekerjaan umum namun mengapa perbedaan jelas tampak antara 1 daerah dengan daerah lain. Jawabannya biasanya keuangan. Pendapatan dan belanja setiap daerah berbeda dalam hal prioritas dan besaran.
Kalau begitu managemen Infrastruktur se[erti apakah yang tepat untuk Indonesia?