Kamis, 13 September 2012

Managemen Infrastruktur

Seharian ini diharuskan untuk menapaki jalanan berliku dan bergelombang untuk menuju daerah asal tercinta demi sepucuk surat untuk motorku,STNK dan plat nomor baru. 2 jam perjalanan pergi dan 2 jam perjalanan pulang dilalui.

Saat pertama berangkat pada pertigaan sebelum masuk ke suatu jalan tidak ada penanda bahwa ada perbaikan jalan. Namun, ketika sampai 100 meter dari belokan perbaikan jalan luar biasa. Antrean mobil dan motor luar biasa panjang karena jalan hanya bisa dipakai 1 sisi. Selesai dari perjalanan ini menemui jalanan yang penuh lubang di sana - sini malah sampai tidak terlihat adanya yang halus.

Ketika sampai di perbatasan wilayah sungguh tampak jelas perbedaaannya. Sebelum motor bergelombang, setelah motor jalan nan halus lagi baru. Perbedaan adminitratif mengakibatkan perbedaan kelas dan status jalan juga. Padahal dari segi kelas jalan sama - sama jalan Kabupaten.

Melihat perbedaan ini, sungguh mengenaskan untuk dipikirkan. Terbayang saat pergi ke Kota besar yang kemana mata memandang di sanalah terhampar jalanan aspal nan halus. Namun, di daerah pinggiran jalanan penuh hiasan lubang dan butiran pasir beterbangan.

Dalan hati menjadi bertanya, bagaimanakah sistem managemen infrastruktur yang ada di Indonesia? Seluruh Infrastruktur dikelola oleh Dinas Pekerjaan umum namun mengapa perbedaan jelas tampak antara 1 daerah dengan daerah lain. Jawabannya biasanya keuangan. Pendapatan dan belanja setiap daerah berbeda dalam hal prioritas dan besaran.

Kalau begitu managemen Infrastruktur se[erti apakah yang tepat untuk Indonesia?

Rabu, 12 September 2012

Berubah..

Berjalan menyusuri jalan
Melihat sekitar dan memandang
ke samping kanan
ke samping kiri jalan

Bak rangkaian memori - memori yang berpadu
dalam satu kisah sendu
Gambaran perjalan kehidupan yang penuh liku
namun juga dirindu

Jalan yang telah dilalui penuh rintangan
berkesan hingga benak angan
Onak duri terlewati.. Gegap gemita telah terlalui

Kini masa untuk mencari
Jati diri yang belum terpenuhi nan sejati
Menuju harapan yang hakiki
Selalu ada harapan yang dinanti

Senin, 10 September 2012

Memulailah Ketika Ada Kesempatan

"Maaf,mbak saya nggak berani mengambil pekerjaan ini karena belum pantas untuk mengampunya. Ilmu saya tidak sampai untuk memegang jabatan ini"
Inilah jawaban seorang kawan ketika saya memintanya untuk menjadi seorang pemberi materi pada sebuah kegiatan. 

Dalam pandangan saya, kawan ini memiliki ilmu yang luar biasa yang akan sangat berguna jika bersedia membaginya kepada khalayak lain. Namun, kemanfaatan ini tertunda karena sebuah pikiran dalam diri kawan ini bahwa dia tidak mampu untuk menanggungnya. Tidak banyak orang yang bersedia untuk melakukan sesuatu yang orang lain minta ia melakukannya dengan berbagai macam alasan, salah satunya tidak berkapabilitas.

Padahal sesungguhnya ketika ada tawaran itu pasti melihat adanya kemampuan. Tak mungkinlah seseorang meminta kepada yang tidak mampu kecuali orang tersebut kurang memiliki konsep yang matang. Kesempatan ini sebenarnya merupakan sarana yang telah dibuka untuk kita untuk berkembang, berkarya dan berkontribusi.

Banyak yang bilang, saya akan memulai ini kalau saya sudah siap. Saya akan memulai ini ketika modal saya sudah cukup. Namun, jika kita balik lagi lembar - lembar kehidupan kita, pernahkah kita melakukan sesuatu dengan kesiapan 100%? Saya yakin jarang sekali orang yang sering memiliki kesiapan ini.

Pernah suatu ketika saya diminta untuk mengampu sebuah amanah yang menurut saya sangat berat bagi diri saya. Namun, ternyata inilah jalan yang telah dibuka untuk saya untuk terus berkembang, belajar , berubah menuju arah yang lebih baik. Karena dengan amanah itulah banyak perubahan yang terjadi pada diri saya, saya menjadi lebih termotivasi belajar, termotivasi membaca dan termotivasi menambah skill saya.

Ternyata pada setiap kehidupan kita tak pelak dari apa yang dinamakan hikmah. Selalulah ada di sana, tinggal bagaimana kita pandai dalam mengambilnya.