Sabtu, 10 Desember 2011

Candi Ratu Boko, Yogyakarta

Situs purbakala yang merupakan kompleks sejumlah sisa bangunan yang berada kira-kira 3 km di sebelah selatan dari komplek Candi Prambanan, 18 km sebelah timur Kota Yogyakarta atau 50 km barat daya Kota Surakarta. Luas keseluruhan komplek adalah sekitar 25 hektar.











Minggu, 27 November 2011

Efek Kebijakan Pengembangan Ekonomi Lokal pada Pertumbuhan Tenaga Kerja Di Daerah Pedesaan di Wilayah Atlantik Tengah

Link Jurnal

(Ringkasan dari Jurnal The Effect of Local Economic Development Policy on Employment Growth in Rurral Counties in the Mid-Atlantic Region)


Latar Belakang
Banyak Praktisi dari Pengembangan Ekonomi Lokal berusaha mencari cara – dan strategi yang tepat untuk memperoleh peningkatan jumlah tenaga kerja yang besar. Bahkan banyak juga berbagai usaha yang dilakukan oleh Pemerintah lokal untuk melakukannya antara lain penurunan bunga pinjaman, pelatihan tenaga kerja, dan lainnya. Mengapa banyak yang mengusahakan peningkatan jumlag tenaga kerja, padahal banyak aspek yang menjadi hal penting selain tenaga kerja.
Salah satu pengukuran yang dipakai oleh berbagai praktisi ekonomi dan pemerintah dalam kesuksesan ekonominya adalah peningkatan atau penurunan keseluruhan tenaga kerja  pada daerah tersebut dalam hal ini semisal Kabupaten. Dengan kata lain, tujuan dari pengembangan ekonomi lokal adalah memperluas ekonomi lokal dengan program – program pengembangan yang menghasilkan pertambahan kesempatan kerja untuk tenaga kerja yang ada,
Meskipun wilayah non-metro dalam hal ini daerah pedesaan pada tahun 1990an mengalami swasembada ekonomi, namun tidka semuanya mengalami hal yang sama. Secara khusus, daerah pedesaan tidak mencapau atau memperoleh daya tarik yang sama dalam hal kemakmuran maupun swasembada dengan daerah perkotaan. Masih muncul perbedaan diantara keduanya yang disebabkan karena perbedaan kepadatan penduduk dan basis ekonomi yang berujung pada ketidakuntungan untuk daerah pedesaan.
Kasus yang diambil pada Jurnal ini adalah di daerah Delaware, Maryland, Pennsylvania, Virginia dan West Virnigia di Wilayah Atlantik Tengah Amerika Serikat. Dan akan berfokus pada kebijakan pemerintah lokal pada pengembangan ekonomi terutama pada pertumbuhan tenaga kerja. Ketertarikan untuk membuat jurnal ini karena beberapa riset menunjukkan hubungan yang positif tapi beberapa yang lain menunjukkan sedikitnya hubungan bahkan adayang menghasilkan tidak adanya hubungan.

Metode Penelitian
Sasaran dari jurnal ini adalah  meneliti efek aktivitas pengembangan ekonomi lokal di daerah bukan metro di Delaware, Maryland, Pennsylvania, Virginia dan West Virnigia di Wilayah Atlantik Tengah Amerika Serikat pada pertumbuhan tenaga kerja lokal. Hubungan tersebut akan dievaluasi dengan membandingkan campuran sarana pengembangan yang digunakan dalam studi kewilayahan. Dan yang kedua, efek  aktifitas pengembangan ekonomi lokal pada tenaga kerja akan dideterminasikan mekai Analisis Regresi OLS dengan memakai faktor lokasi kalasik  yang berkonsep pada lokasi perusahaan dan pertumbuhan.
Teori yang dipakai adalah Faktor penentuan Lokasi dan Teoti Siklus Kehidupan Produk “The product life cycle Theory”. Teori Lokasi biasanya berkaitan dengan konsep kerangka kerja dari faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dengan asumsi Perusahan mencari keuntungan semaksimal mungkin saat memilih lokasi perusahaan. Sedangkan Sikus kehidupan Produk akan berkaitan dengan tahapan dalam proses produksi dan bagaimana hubungannya dengan pertumubhan daerah pedesaan.
Survey juga dilakukan untuk mengukur tingkat dan kekuatan aktifitas pengembangan ekonomi lokal di wilayah studi. Survey ini juga diperbolehkan untuk mencari responden yang tepat untuk kepentingan survey atau dalam artinya survey berupa Purpossive survey. Pertanyaan survey berisikan tentang berbagai aktifitas yang dilaukan wilayah pada dekade terakhir dan tren saat ini. Ini berfungsi melihat efek dari aktifitas pada pola tenaga kerja saat ini. Strategi survey ini diambil dari karangan Dillman pada tahun 2000 dan survey ini bernama Strategi untuk Pertumbuhan Ekonomi.
Kevalidan data survey bergantung pada respon dari responden. Jika tinggi maka akan semakin valid, jika rendah maka menjadi semakin kurang valid. Sedangkan untuk Data Sekunder diperoleh dari Biro Sensus, Biro Tenaga Kerja dan Statistik juga Sistem Informasi Ekonomi Regional yang didapat dari Biro Analaisis Ekonomi. Data uyang lain juga diperoleh dari pencarian dari internet.

Pembahasan
            34 persen dari respon merupakan praktisi pengembangan ekonomi lokal di daerah. Hasil menunjukkan bahwa untuk indikasi keaktifan pemerintah pada kegiatan Pengembangan ekonomi pada tahun 1990 sampai 2000, 80% menyatakan pemerintah pemerintah daerah sangat aktif dan aktif;, 68% mengatakan pemenrintah Negara bagian sangat aktif dan aktif dan pemerintah federal memperoleh nilai 41%.
            Hasil yang kedua berkaitan dengan indikasi Kegiatan pengembangan ekonomi lokal yang penting. 51 % menyatakan  Bisnis yang ada dan usaha mempertahankan merupakan kegiatan yang penting, 83% menyatakan tingkat pengabdian dan usaha pada pengembangan ekonomi lokal yang penting. Jika perhubungan denga pelatihan tenaga kerja, 22% menyatakan rogram pelatihan angkatan kerja penting dan 53% menyatakan program yang lebih spesifik lebih penting.
            Jika responden ditanya tentang insentif sebagai sarana untuk menarik dan mengembangkan perusahaan yang ada juga baru. Maka jika direntangkan pada dua periode daerah yang menawarkan insentif dari 2 periode semakin bertambah. Sedangkan keguanaan dari Program pelatihan tenaga kerja dari dua rentang waktu naik dari 48% ke 66%.
            Dependent variable yang dipakai dalam penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi lokal yang diperoleh dari data – data sekunder. Sedangkan untuk variabel independen dideskripsikan pada dua kategori yaitu Faktor lokasi klasik dan variabel yang tercipta dari survey yang digunakan untuk memperoleh efek kegiatan pengembangan ekonomi lokal.
            Faktor Lokasi Klasik ada diantaranya sebagai berikut :
  • Kualitas pekerja
  • Gaji Pekerja
  • Ketersediaan Pekerja
  • Aglomerasi Ekonomi
Faktor yang lain yaitu efek lokasi wilayah pedesaan dan metro, highwaym dan airport. Dan beberapa variabel yang dimasukkan guna mengukur efek pengembangan ekonomi lokal diantaranya :
a. Economic development importance (EDIMPORT) --> mengindikasikan pentingnya strategi pengembangan
b.      Insentif -->  untuk mengukur manfaat insentif pajak (TAX) dan pelatihan tenaga kerja (TRAIN)
c.  Struktur Pengembangan Ekonomi Lokal --> indikasi apakah daerah memiliki ahli pengembangan ekonomi (DEVPRO) dan memiliki website tidak (WEBSITE)
d.  Gain in Economic Development Importance --> perubahan dari kepentingan total pada kegiatan pengembangan ekonomi lokal (PROGAIN)

Hasil dari survey sebagai berikut :

Kesimpulan
            Hasil survey ini menunjukkan pada faktor lokasi klasik memiliki keterkaitan sangat erat dengan pertumbuhan tenaga kerja. Hasil dari Analisis regresi OLS menunjukkan bahwa ini merupakan variabel yang menjelaskan pertumbuhan tenaga kerja dan memiliki hubungan yang terbalik.
            Hasil survey juga menunjukkan bahkan kegiatan pengembangan ekonomi lokal, strategi dan berbagai sarana digunakan di tingkat pemerintah daerah . Dan respoden mempercayai bahwa pemerintah daerah sangat aktif pada kegiatan ini.
            Dari beberapa hasil variabel independen yang dicipatakan saat survey hanya PROGAIN yang memiliki kekuatan dan hubungan posotif dengan perolehan tenaga kerja. Berdasarkan hasil regresi,  banyak variabel yang diciptakan untuk mengukur pengembangan ekonomi lokal tidak dapat menjelaskan pertumbuhan tenaga kerja sehingga insentif dan sarana yang digunakan harus dievaluasi secara hati – hati. Dan Ahli pengembangan ekonomi lokal harus mengindentifikasi sarana dan strategi yang mempengaruhi bisnis di daerah mereka.

Senin, 21 November 2011

Kampus Teknik UGM, November 2010



Goes to Grojogan Sewu Karanganyar, Jawa Tengah

Let's the photo talk... 

 



Kota Kompak


Apa itu Kota Kompak?
Dalam Berbagai bahan dan literatur juga berbagai diskusi pola ruang dan bentuk kota yang berkelanjutan wacana tentang Kota Kompak atau Compact City sering menjadi pokok bahasan yang utama. Fokus pembahasan dan permasalahan saat ini bahwa bentuk suatu kota, kepadatan juga energi memiliki implikasi yang besar bagi masa depan umat manusia.
Banyak perdebatan yang menimbulkan pernyataan – pernyataan yang kuat mengenai Kota Kompak seperti misalnya kota kompak merupakan suatu bentuk kota yang dianggap paling berkelanjutan. Walaupun diiringi dengan perdebatan teoritis juga tantangan di lapangan namun saat ini penyataan tersebut masih eksis dan banyak dijadikan sebagai bahan saduran ataupun kutipan.
Tidak dipungkiri bahwa gagasan Kota Kompak didominasi oleh model dasar dari pembangunan yang padat dari banyak kota-kota bersejarah di Eropa. Maka tidak mengherankan jika para penganjur paling kuat bagi Kota Kompak adalah Komunitas Eropa (Commission of the European Communities, 1990).
Kemunculan dari Isu Kota kompak maupun kota yang berkelanjutan sendiri diakibatkan dari pertumbuhan kota saat ini yang cenderung sparwl dan merusak lingkungan. Apalagi melihat pertambahan jumlah penduduk yang sangat pesat. Dan juga sebuah kota dituntut untuk senantiasa menjaga pertumbuhan ekonominya agar terus hidup.


Sekarang ini kota kompak memang banyak dianjurkan dan dicoba di Eropa. Namun, dengan perkembangannya sekarang banyak juga diadopsi oleh kota – kota di belahan dunia yang lain.
Banyaknya pengajuran dan pengadopsian dari kota kompak sendiri juga merupakan bentuk persetujuan atas gagasannya yang memang digagas bukan hanya untuk menghemat energi dalam sebuah kota tapi juga untuk menjaga keberlangsungan manusia yang berada di dalamnya.
Dalam berbagai aspek kota kompak memang menjanjikan banyak hal yang sangat luar biasa pada kita seperti :
-          Penyediaan Fasilitas yang lebih ekonomis dan bermanfaat
-          Efisiensi Lahan
-          Pengurangan ketergantungan pada kendaraan seperti mobil dan sepeda motor
-          Penghematan Energi yang sangat besar
-          Mengurangi waktu yang dihabiskan hanya untuk perjalanan
-          Meningkatkan interaksi sosial dalam masyakarat
Namun, dari beberapa persetujuan pastilah menujukkan beberapa penolakan terhadapnya. Apalagi saat ini kota kompak masih dianggap sebuah Jargon ataupun slogan yang sedang berkembang yaitu sebagai model terbaik kota berkelanjutan. Saat ini Kota kompak juga dianggap memiliki definisi yang kurang jelas. Ketidakjelasan ini tergambar dari bagaimana implementasi dan bentuk nyata dari kota kompak yang belum dapat digambarkan. Seperti seberapa besar ukuran densitas dalam sebuah kota yang harus diterapkan?
Banyak pernyataan juga yang mengutarakan tentang kekurangan dan kelemahan dari konsep kota kompak yang akan terjadi pada masa depan kota kompak tersebut. Seperti :
-          Polusi Udara akibat kepadatan penduduk yang tinggi
-          Harga Lahan yang tinggi
-          Kondisi yang kelebihan kapasitas daya tampung
-          Penurunan kualitas kesehatan
-          Harga perumahan yang tidak terjangkau
-          Lemahnya kebijakan hukum
Namun, dari berbagai pendapat dan argumen tentang kota kompak banyak juga yang membahas dan memberikan gambaran mengenai kota kompak itu sendiri. Beberapa ahli telah menggambarkan bagaimana gambaran dari kota kompak.
Sumber : gehlarchitects.wordpress.com

Dan ada juga yang memberikan gambaran tentang indikator kepadatan atau kekompakan itu sendiri. Seperti yang dijelaskan oleh Elizabeth Burton dalam presentasinya pada tahun 2001 yang menjelaskan juga tentang indikator kepadatan atau kekompakan.
Indikator – indikator yang ada didalamnya seperti perubahan kepadatan, jumlah migrasi,jumlah orang dan rumah tangga dalam setiap hektarnya dan sebagainya. Indikator ini digunakan untuk menentukan seberapa kepada pada sebuah wilayah atau kawasan.
Kota kompak sendiri sebenarnya dicirikan oleh beberapa hal yang sering menjadi kata kunci. Antara lain :
-          Kepadatan
-          Tata Guna Campuran
-          Konsentrasi aktifitas


Sistem Informasi Perencanaan

Apa itu Informasi ?
Informasi adalah data yang sudah diolah menjadi suatu bentuk lain yang lebih berguna yaitu pengetahuan atau keterangan yang ditujukan bagi penerima dalam pengambilan keputusan, baik masa sekarang atau yang akan datang.
 Menurut Gordon B. Davis, informasi adalah data yang telah diolah menjadi suatu bentuk yang penting bagi si penerima dan mempunyai nilai yang nyata yang dapat dirasakan dalam keputusan-keputusan yang sekarang atau keputusan-keputusan yang akan datang.( Gordon B. Davis, Management Information System: Conceptual Foundation, Structure, and Development, McGraw-Hill International Book Company, Aucklland dll., 1974, halaman 32)

Apa Itu Informasi Perencanaan?
Informasi perencanaan adalah data yang telah diproses menjadi bentuk yang memiliki arti bagi proses perencanaan dan dapat berupa fakta, ataupun suatu nilai yang bermanfaat yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan-keputusan yang sekarang atau keputusan-keputusan yang akan datang.
Jadi ada suatu proses transformasi data menjadi suatu informasi == input - proses – output.
Sumber: http://rismandar-cool.blogspot.com/2010/10/1.html
Informasi adalah pengetahuan yang didapatkan dari pembelajaran, pengalaman, dan instruksi.
Informasi perencanaan adalah pengetahuan yang didapatkan dari pembelajaran, pengalaman, dan instruksi yang memiliki kaitan erat dengan data-adata yang dibutuhkan dalam proses perencanaan
Sumber : Wikipedia.com
Informasi perencanaan merupakan data yang berasal dari fakta yang tercatat dan selanjutnya dilakukan pengolahan (proses) menjadi bentuk yang berguna atau bermanfaat bagi proses-proses perencanaan dan sebagai bahan pertimbangan dalam penmgambilan keputusan.
http://id.shvoong.com/social-sciences/communication-media-studies
Informasi perencanaan merupakan kumpulan data baik berupa data kualitatif maupun data kuantitatif yang berkaitan dengan proses perencanaan dan pengambilan keputusan.
Sumber: kelompok mata kuliah Sistem Informasi Perencanaan 2, 2011

Apa fungsi informasi Perencanaan?
FUNGSI INFORMASI PERENCANAAN
FUNGSI INFORMASI
  1. Menambah pengetahuan
  2. Mengurangi ketidakpastian
  3. Mengurangi resiko kegagalan
  4. Mengurangi keanekaragaman / variasi yang tidak diperlukan
  5. Memberi standar, aturan- aturan, ukuran, dan keputusan- keputusan yang menentukan pencapaian sasaran atau tujuan.

FUNGSI INFORMASI PERENCANAAN
  1. Sebagai komponen dasar/ bahan dasar untuk melaksanakan proses perencanaan,
  2. Mempermudah melakukan proses perencanaan dengan bantuan teknologi,
  3. Sebagai arahan/ petunjuk untuk melakukan proses perencanaan agar dapat memperoleh hasil yang maksimal,
  4. sebagai pedoman pelaksanaan proses perencanaan,
  5. sebagai data yang kemudian diproses sehingga dibutuhkan dalam proses perencanaan,
  6. penyediaan dan pemeliharaan prasarana TIK;;
  7. pengkajian dan pengembangan prasarana TIK;;
  8. pengumpulan dan pengelolaan bahan pustaka, arsip, data dan informasi untuk menunjang perencanaan pembangunan;
  9. penyajian informasi dan publikasi perencanaan pembangunan;
  10. pengelolaan perpustakaan dan pengembangan jaringan perpustakaan;
  11. pelaksanaan koordinasi dalam penyajian basis data, informasi, dan penentuan platform TIK sebagai sarana untuk mendukung perencanaan.
http://www.bappenas.go.id/node/104/580/tugas-pokok-dan-fungsi-pusat-data-dan-informasi-perencanaan-pembangunan/

Apa Karakteristik Informasi perencanaan  wilayah, terutama jika dibandingkan dengan informasi lain?
Karakteristik sistem informasi secara umum, adalah:
a)      Organisasi
b)      Interaksi
Bagian yang satu dengan bagian yang lain saling berhubungan satu sama lain.
c)      Interdepedensi
Yaitu ketergantungan antara satu bagian dengan bagian yang lain.
d)      Integritas
Keterpaduan antara subsistem-subsistem untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
e)      Tujuan pokok

Informasi perencanaan memiliki keterkaitan antara berbagai macam bagian. Informasi perencanaan membutuhkan input data yang tidak hanya berasal dari data eksisting. Informasi perencanaan terorganisasi dari integritas data masa lalu, saat ini dan data masa depan (prediksi masa depan) untuk mencapai tujuan tertentu yaitu antisipasi siklus yang tidak dikehendaki. Hal ini berbeda dengan system informasi yang lain, misalnya saja system informasi perbankan atau bisnis. Di dalam sistem informasi ini  yang dibutuhkan adalah pengorganisasian data periode sebelumnya beserta dan berhenti pada data eksisting tanpa menggunakan data masa depan.

Sistem Informasi perencanaan


Masa Lalu --> Masa Sekarang --> Masa Depan

Sistem informasi lain ( Bisnis )


 Masa Lalu --> Masa Sekarang

Referensi Sumber :  wsilfi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/1004/Konsep+SI.pdf

Apa kesulitan dalam memperoleh,menggunakan, dan mengelola informasi perencanaan?
Kesulitan Dalam Memperoleh Informasi Perencanaan;
·         Tidak semua instansi mempunyai informasi yang lengkap.
·         Tidak semua sumber memberikan informasi karena keterbatasan sistem informasi
·         Tidak semua instansi mempunyai birokrasi yang mudah

Kesulitan dalam Menggunakan Informasi Perencanaan:
·         Begitu banyaknya informasi perencaan, sehingga harus dilakukan pemilihan untuk mendapatkan informasi yang sesuai dengan kebutuhan kegiatan perencanaan.
·         Tidak semua informasi perencanaan terkomputerisasikan
·         Tidak semua perencana mempunyai perspektif yang berbeda dalam menganalisis informasi perencanaan.

Kesulitan Dalam Mengelola Informasi Perencanaan:
·         Informasi perencanaan, tidak bisa hanya dikelola satu orang saja
·         Tidak semua perencana ahli dalam aplikasi yang digunakan untuk mengelola informasi perencanaan.

Apa masalah dan tantangannya?
Masalah Informasi Perencanaan
-          Keterbatasan Dana
Dana merupakan masalah yang menjadi kendala utama dalam Informasi Perencanaan. Pengumpulan data membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Apalagi di jaman yang sudah maju ini informasi dituntut dan seharusnya berupa data yang terkomputerisasi. Untuk mengkomputerisasikan data agar menjadi informasi perencanaan yang mudah diakses oleh banyak pihak membutuhkan biaya yang besar terutama untuk penyediaan peralatannya baik berupa hardware maupun softwarenya. Sehingga karena kurangnya dana atau ketersediaan dana yang pas-pasan menyebabkan data-data yang ada terbatas baik kuantitas maupun kualitasnya.

-          SDM yang berkompeten jumlahnya terbatas
Informasi Perencanaan sangat mengandalkan data-data yang tersedia. Data yang ada berasal dari tingkat yang terbawah yaitu individu, kemudian RT, RW, Kelurahan, Kecamatan, dan seterusnya. Semakin ke atas data yang terkumpul pastilah semakin banyak jumlah dan ragamnya. Untuk mengolah dan mengatur data-data tersebut membutuhkan Sumber Daya Manusia(SDM) yang memiliki keahlian dalam bidangpengumpulan, pengaturan, dan pengelolaan data ini. SDM yang berkompeten yang memiliki keahlian tersebut masih terbatas jamlahnya. Sehingga dengan jumlah SDM yang berkompeten yang terbatas pasti kewalahan untuk mengumpulkan, mengatur, dan mengelola data-data perencanaan yang sebegitu banyaknya. Sehingga data yang ada terinformasikan dengan baik terbatas jumlahnya.

-          Kurangnya kesadaran warga untuk disiplin melaporkan data kependudukan yang berubah
Pada dasarnya setiap kejadian yang terjadi wajib dilaporkan kepada pihak pemerintahan yang terkait, misal kematian, kelahiran atau migrasi. Tapi karena kurangnya kesadaran untuk melaporkan, sehingga menyebabkan data yang ada tidak lengkap karena hanya bergantung pada petugas yang mendata.

-          Data kurang valid
Informasi itu berubah sangat cepat, bahkan dalam 1 detik pun bisa terjadi banyak perubahan. Informasi perencanaan yang banyak berupa data kependudukan sangat mengandalkan data BPS yang melakukan sensus untuk mengumpulkan data. Padahal sensus itu dilaksanakan 10 tahun sekali. Antara rentang waktu tersebut tentu banyak hal terjadi, dan informai yang seharusnya selalu berubah.